Kapan terakhir kali ketemu orang penting?
Artis, politisi, ustadz ternama, atau pejabat pemerintahan
bahkan presiden. Perasaan saat ketemu orang penting itu sulit diungkapkan
dengan kata-kata. Padahal kalau dipikir-pikir ngga ada bedanya dengan kita
melihat dia di layar kaca. Sama aja. Toh dia juga tetep ngga kenal kita kan?
Tapi bagaimana perasaan kalian kalau misalnya ketemu orang
penting dan dia menyambut dengan hangat saat bertemu, mengundang kalian mengobrol,
dsb.
Saya pernah ketemu orang penting semacam itu.
Minggu kemarin saya dan teman sekamar berencana untuk
bersilaturahmi tempat teman di Vienna, Austria selama tiga hari. Kami menginap
di salah satu asrama Turki yang didirikan oleh asosiasi yang bertujuan
memudahkan pelajar Turki yang belajar di Vienna. Asrama ini terkenal di Turki
sendiri, bahkan Erdogan pernah datang ke komunitas ini. Sekitar tiga tahun ke
belakang diberlakukan larangan penggunaan khimar (kerudung) ataupun pakaian
yang mencirikan agama tertentu. Akibatnya, banyak pelajar (khususnya akhwat)
dari Turki yang sekolah ke Vienna demi tetap menggunakan khimar saat belajar.
Ya, karena itu boleh dikatakan students yang menginap disini sholehah semua.
Kalau menurut plan yang kita susun, hari pertama dan hari
ketiga kita akan berada di Vienna, dan hari kedua di Bratislava (Slovakia).
Saat sedang berjalan menuju asrama, teman saya yang dari Turki tiba-tiba
berhenti. Memandangi sebuah poster dengan latar belakang sosok seorang
bapak-bapak kharismatik. Wow, dia bilang itu orang penting. Seorang jurnalis
yang lumayan kritis dan vokal menyuarakan kebenaran. Sehingga sekarang dia
diangkat menjadi penasehat presiden Erdogan. Teman saya bilang, dia mau ikut
pertemuan dengan orang itu. Ya, saya sih ngga keberatan dan penasaran juga
bagaimana pemikiran tokoh penting itu. Tapi saya harus menelan kekecewaan
karena ternyata pertemuan diadakan dalam bahasa Turki. Ah, bilmiyorum (ngga ngerti).
Keesokan harinya kami tidak jadi pergi ke Slovakia, namun
tetap di Vienna untuk mengunjungi beberapa universitas disana. Malam harinya
orang penting itu datang. Pejagaan diperketat. Banyak bodyguard berpakaian ala
Man in Black berkumpul di lantai bawah. Sebenernya saya boleh aja sih ikut
seminar, tapi karena pasti bakal roaming akhirnya saya naik ke lantai atas
untuk belajar bahasa Turki. Sedangkan teman sekamar saya ikut seminar pastinya.
Hiks.
Sebelumnya saya memang sudah pernah belajar bahasa Turki,
tapi karena belajarnya males-malesan akhirnya ngga bisa-bisa. Bukan apa-apa
sih, dulu ngga ngerti kenapa penting belajar bahasa Turki. Sekarang baru kerasa
pentingnya.
Sejam pun berlalu dan kami diberi waktu 10 menit untuk
istirahat.
Oh ya, saya ketemu seorang teman juga dari Indonesia dan
kami belajar bahasa Turki bareng. Saat istirahat kami turun ke lantai bawah.
Tetep penasaran dong siapa orang yang datang dan gimana acaranya. Kami masuk ke
dalam ruangan dan melihat sekeliling. Seminarnya boleh dikatakan mewah dan ada
aura gelombang gamma yang muncul. Gelombang ini bisa hadir saat ada tokoh
kharismatik yang berorasi ala Ahmadinejad atau saat konferensi yang membakar
semangat.
Tapi tetap saja saya tidak mengerti, karena bahasa yang
digunakan bahasa Turki.
Iseng-iseng saya mengambil brosur dan saat itu saya melihat
seorang bodyguard perempuan. Langsung deh saya tanya-tanya ngga jelas. Mbak,
dia itu siapa? Trus di dalem dia ngomong apa? Terjemahin dong ke bahasa
Inggris. :D
Suer, saya cuma ingin tau dia ngomong apa di dalem secara
singkat dari mbak itu. Diluar dugaan dia menjawab; “Duh, bahasa Inggris saya
kurang bagus, saya khawatir ada kesalahan dalam penjelasan. Sekarang saya coba
pertemukan mbak sama tokoh itu ya. Sebentar”
Tanpa nanya dulu apakah saya mau ketemu tokoh itu atau
engga, dia langsung berjalan cepat ke arah kumpulan bodyguard lain untuk
meminta waktu tokoh itu. Saya bengong.
Temen Indonesia saya nyikut pelan.
“Fit, emang dia siapa?” bisiknya
“Orang penting teh…” jawab saya
“Iya, pentingnya gimana? Terus nanti kalau kita ketemu kita
mau nanya apa?” bisiknya lagi
Glek. Keringat dingin bercucuran. “No idea, teh… Kita kabur
aja yuk"
Saat itulah dia datang bersama rombongan bodyguard ke arah
kita. Bak pengantin pria dengan para rombongan yang membawa seserahan. Aduh mak,
saya pucat pasi.
Tokoh itu datang, menyalami saya dan teman. “Mohon tunggu
sebentar ya, disini. Sepuluh menit saja. Saya ke dalam dulu ada perlu.” ujarnya
Selama sepuluh menit itu otak saya bekerja keras, berusaha
merangkai pertanyaan yang kira-kira keren untuk ditanyakan. Wah, saya ngga ada
ide siapa orang itu. Saya cuma tau dia orang penting.
Sepuluh menit kemudian saya diajak masuk ke sebuah ruangan
privat, disana ada sebuah meja panjang oval. Dia duduk di paling ujung dan saya
dipersilahkan duduk di dekatnya. Setelah tokoh itu dan saya duduk, kemudian
rombongan Man in Black itu duduk. Seorang berjaga-jaga di pintu. Otak saya
masih berpikir keras untuk tidak melakukan tindakkan memalukan Indonesia di
mata dunia. Hehehe… Sekitar sepuluh pasang mata menatap saya. Menunggu saya
bicara.
“Well, okay, saya Fitria, dari Indonesia. Saya sangat ingin
mengetahui pandangan Turki tentang kondisi Islam di dunia. Seperti di Mesir,
Suriah, Libya, Palestina, kami sangat prihatin dengan apa yang terjadi disana.
Kemudian apa peran Turki untuk menyelesaikan persoalan tersebut.”
Tokoh itu tersenyum.
“Jangan khawatir, kita sedang berusaha untuk memperbaiki
semuanya. Ekonomi di Turki sekarang sedang meningkat 300 persen. Kita akan
bangkit kembali seperti Ottoman Empire (Khilafah Utsmaniyah). Insya Allah dalam
waktu dekat Islamic Empire (Khilafah) akan kembali tegak dan Turki sebagai
pemimpin perubahannya. Tapi ssttt… jangan bilang-bilang” dia mengedipkan
matanya
Saya tertegun. “Prediksi Anda, kapan Islamic Empire akan
kembali?”
“Itu tergantung usaha kita, entah dua puluh tahun atau tiga
puluh tahun lagi. Namun yang jelas dia akan kembali”
Teman saya sepertinya tertarik, dia ikut bertanya tentang
Palestina. Tapi saya khawatir salah menuliskan jawabannya, jadi lebih baik ngga
usah ditulis. Hohoho…
Orang penting itu kemudian menyuruh bodyguard disampingnya
untuk menuliskan alamat emailnya. Lalu memberikannya kepada saya.
“Kirimi saya email jika Anda masih punya pertanyaan, ok.
Saya juga akan mengirim beberapa file buku jika Anda mau” dia tersenyum dan
saya dipersilahkan untuk kembali ke habitat.
Wah, saya udah euphoria banget saat itu. Loncat-loncat ngga
jelas, narik-narik baju teman saya, sambil tangan masih gemeteran saat kembali
ke kelas bahasa Turki. Hehehe, yang penting selamat… *kalau diinget-inget kok
kayaknya gue lebay banget ya :D
Saat menaiki tangga ke kelas teman saya bertanya;
“Hei kok kamu bisa sih kagum dan excited banget ketemu sama
dia, kenal aja engga, ajaib banget”
“Ya, ngga tau teh, da temen sekamar saya bilang dia orang
penting, pemikirannya bagus. Urusan kenal belakangan, yang penting saya tau
dulu gimana pemikirannya. Kita ngga tau apakah ada kesempatan buat ketemu
langsung kayak tadi kan” jawab saya ngeles
Di atas kita ketemu sama guru bahasa Turki (orang Turki) dan
dengan semangat 45 saya ceritain semua pengalaman di lantai bawah tadi.
Dan ternyata dia biasa-biasa aja tuh.
“Kenapa musti excited? Itu udah biasa di Turki, dia kan
manusia juga. Pemerintah memang ngga boleh punya border sama rakyatnya, bahaya
dong.”
Beuud. Ternyata memang beda ya karakter penguasa di setiap
negara. Hmm, seinget saya di Indonesia ngga bisa kayak tadi. Kalau presiden,
wapres, dll lewat pasti ujung-ujungnya macet dan bahkan sempat ada kasus
kecelakaan saat presiden lewat. Entahlah, tapi saya merasa ada border antara
penguasa dan rakyat di negeri kami. Satu-satunya waktu dimana kita ngerasa
deket banget adalah sebelum mereka menjadi penguasa. Ya, saat pemilu. Setelah terpilih
dan menang, langsung deh amnesia. :P
“Oh ya Fit, kamu tau ngga siapa orang penting tadi?” tanya
rekan saya
“Engga”
Gubrag!
“Let’s called VVIPFF (Very Very Important Person For Fitri)”
Dan semua tertawa. []