Rabu, 29 Januari 2014

Diantar Sabar Ditemani Rindu

Seandainya kecepatan cahaya berlaku pada manusia normal
Angka 10,415 km tak akan ada artinya
Kita tak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu
Pertemuan denganmu tak perlu diantar rasa sabar

Seandainya sifat gelombang berlaku pada manusia normal
Tak perlu lagi kutatap wajahmu di kotak ukuran 10 inchi
Persis sama dengan delapan tahun yang lalu
Saat memendam rindu namun hanya bisa melihat dari jauh
Belum saatnya bisa disentuh

Seandainya sinyal GSM berlaku pada manusia normal
Tak perlu lagi kukirimkan kata-kata tak bersuara 
Aku bisa langsung membisikkannya ditelingamu
Tentang cinta dan sayang serta rasa rindu yang menggebu

Apalah lagi aku pun tak tahu
Ketika ruang dan waktu mengajari kita sesuatu
Ketika semua hal disekitarku mengingatkanku tentangmu
Seseorang yang jauh
Namun dekat

Ah ya mungkin ini 
Yang dikatakan orang 
Bahwa aku benar-benar

Merindukanmu...

Sudut kamar, akhir Januari..
Masih 2 bulan 2 hari lagi
Masih enam puluh dua hari lagi
Masih 1488 jam lagi
Masih 89,280 menit lagi
Masih 5 juta detik lagi

Selasa, 28 Januari 2014

Karena aku mencintai dakwah ini...

Entah darimana saya harus memulai tulisan ini. Malam ini saya sedih dan membuat saya jadi berpikir. Betapa banyak hal yang perlu dievaluasi dan diperbaiki dari cara saya berdakwah selama ini. Ada sebuah status dari orang yang berilmu, saya mengenal background beliau-beliau yang belajar sangat serius terhadap Islam. Awalnya saya mau menuliskan disini isi dari statusnya, tapi sepertinya akan memancing kontroversi. Biarlah saya ceritakan apa yang bisa saya ambil pelajaran dan hikmah dari status beliau.

Sebagai generasi muda yang masih semangat membara dalam menyampaikan Islam, nampaknya ada satu hal yang perlu menjadi perhatian.
Etika.
Kita berdakwah untuk menyampaikan Islam, jangan sampai apa yang kita lakukan justru menutup pintu hati mad'u kita. Terlebih jika kita bergabung di sebuah barisan dakwah. Kesalahan kita akan menjadi penghalang bagi generasi berikutnya yang akan berdakwah di tempat yang sama. Beberapa kali saya mencoba masuk ke sebuah masjid dan sekolah untuk menyebarkan Islam. Namun ditolak dengan alasan, dulu pernah ada juga yang datang dari kelompok yang sama dan dia begini dan begitu. Misalnya berdakwah tidak dengan cara yang ma'ruf, sembarangan menuduh, tidak menggunakan bahasa yang santun, dsb. Tak penting bagi mereka bahwa saya adalah orang yang benar-benar berbeda. Saya berada di barisan yang sama dengan orang yang sebelumnya, maka saya sama dengan mereka. Titik. Dari sana saya belajar bahwa penting bagi kita untuk berhati-hati ketika berdakwah. Itulah yang menyebabkan perlunya persiapan yang matang sebelum meluncur ke medan dakwah. Penting bagi kita untuk mengetahui audience yang akan mendengarkan dakwah kita. Sehingga kita bisa berbahasa sesuai dengan bahasa yang bisa dimengerti oleh audience. Bukankah esensi dakwah itu adalah agar Islam sampai kepada mereka?

Begitu pun ketika kita berdakwah di acara orang lain. Kadangkala kita benar-benar greget untuk menyampaikan ide yang kita miliki. Tak sadar bahwa terkadang kita tidak mengontrol bahasa yang kita gunakan, tidak melihat situasi dan kondisi bahwa komentar kita malah akan menjadi boomerang bagi kita sendiri. Jika kita datang ke sebuah majelis ilmu (siapapun yang mengadakan), maka niatkan untuk mencari ilmu. Jangan sampai perbedaan menjadi penghalang bagi kita untuk mendapatan ilmu dari mereka. Jauhi niat bahwa saya ingin mematahkan argumen pembicara yang tidak sesuai dengan pemahaman yang dimiliki. Memberikan pertanyaan atau pernyataan yang menyudutkan dan jauh dari topik hanya akan menebalkan perbedaan dan menimbulkan perpecahan. Jikapun memang ingin bertanya, pilihlah kata-kata yang baik dengan nada yang baik, dan diniatkan bahwa saya memang benar-benar ingin bertanya. Bukan ingin menjatuhkan.

Berikutnya, jangan menganggap remeh kebaikan yang sudah dilakukan oleh orang lain. Kita tak pernah benar-benar tahu siapa pribadi yang lebih baik di mata Allah. Jauhi sifat gampang menjudge, perbanyaklah berkaca. Jika seseorang berniat untuk melakukan kebaikan, maka dukunglah dia. Terlepas kebaikan jenis apa yang dilakukannya, jangan dicela. Yang dia lakukan itu adalah sebuah kebaikan yang bisa jadi caranya lebih bisa diterima oleh ummat ketimbang cara kita. Jika ada hal-hal yang memang melanggar ketentuan agama, maka luruskanlah secara hanif. Namun selama dia masih berada di barisan dakwah, selama yang disampaikannya adalah kebenaran, mari kita dukung.

Dakwah itu proses yang memerlukan waktu. Perubahan itu tidak instan dan perlu kesabaran. Jangan tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan dan melakukan sebuah aksi. Karena sedikit banyak hal tersebut akan mempengaruhi perjalanan dakwah yang lain.

Selama berdakwah saya jadi banyak berkaca dan banyak merenung. Ada dua hal yang selalu menjadi bahan renungan saya setiap saya selesai mengisi sebuah kajian. Apakah cara saya dalam menyampaikan sudah benar? Apakah saya sudah melaksanakan apa yang saya sampaikan?
Wallahu'alam bishowab

Minggu, 26 Januari 2014

Jam Tidur

Salah satu yang paling bikin saya bingung selama disini adalah: Jam Tidur.
Waktu di Indonesia, jam tidur saya adalah jam 9-10 malem. Soalnya saya pernah baca kalau jam 22.00-02.00 itu waktunya hati bekerja. Hati dalam konteks sebenarnya lhooo... Makanya kita harus dalam kondisi tidur biar kerjanya pool. Kalau misalnya kita sering begadang, nanti kena liver. Ya begitulah yang saya baca. Makanya disini pun saya tetep tidur jam 9 malem atau jam 10 malem.
Kapan bangunnya?
Sebetulnya kalau di Indonesia saya bangun jam 4 shubuh. Tapi disini berhubung winter, jadi paginya lebih siang. Sholat shubuh jam enam, dan matahari baru muncul jam setengah 8 pagi. Walhasil kadang-kadang pas bangun saya masih mikir ini tengah malem. Jadi ya tidur lagi. *Modus. Rata-rata saya bangun jam enam sih hehehe... *berasa lama banget ya tidurnya

Masalahnya, saya suka aneh sama jam tidur orang Eropa, termasuk temen sekamar saya. Kalau pemuda dan pemudi yang lain sih karena mereka suka party *klubbing, akhirnya mereka pulang ke dorm jam 3-4 shubuh. Bangun lagi siang atau kalau misalnya besoknya kuliah pagi ya bangun pagi. *kadang mikir kok bisa ya.

Temen sekamar juga sama, dia tidur paling cepet jam 12 malem. Seringnya jam 2-4 shubuh. Tentu dia ngga ikut klubbing, cuma ngga bisa tidur katanya. Selama nunggu kantuk menyerang, dia biasanya ngutak ngatik komputer dan belajar. Dan dia bangun sekitar jam 12 siang.

Walhasil setiap kali saya bangun, mungkin saya adalah satu-satunya orang yang bangun pada jam tersebut. Terlebih kalau wiken. Kecuali ya tadi, kalau mahasiswa yang lain ada kelas pagi, mereka pasti bangun pagi.
Ah ya, kebiasaan yang saya ngga mau ubah ketika disini adalah: bangun pagi. Karena di pagi hari segala sesuatunya masih fresh. Harus dimanfaatkan... Rasulullah juga tidur awal bangun awal kan?

Kesimpulannya? Mari bangun pagi

Jumat, 24 Januari 2014

Membaca Pikiran

Kalau misalnya kamu ditawarin, mau ngga punya kemampuan membaca pikiran?
Kalau saya ogaaaahhh....
Bukan apa-apa, saya ngga mau jadi ilfill sama orang-orang yang saya sayangi dan cintai sepenuh hati (halah).
Manusia itu kan komposisinya banyak mengandung racun-racun penyakit hati. Soal ditampakkan atau engga, itu tergantung dari kekuatan iman kita untuk melawannya. Terkadang terbesit dalam hati rasa-rasa su'udzan, iri, dengki, nah itulah yang berusaha kita lawan dan kita hindari.
Bagi saya, jika ada orang yang baik sama saya, saya akan melihatnya sebagai orang baik. Titik. Saya ngga mau su'udzan kalau sebenarnya dia itu begini dan begitu. Kalaupun ada yang bilang sama saya begini dan begitu, saya ngga akan langsung menjudge sebelum benar-benar informasinya valid. Untuk kemudian di follow up ke yang bersangkutan tentunya.
Lha, coba kalau saya bisa baca pikiran dia, mungkin saya banyak ilfill sama orang yang saya cintai, karena ketulusan itu butuh perjuangan, jadinya langka. Artinya? Saya ngga mau baca pikiran negatif dia!

Oke sebenernya begini... (mulai deh curhat)
Saya disini, di tempat yang jauh dari Rancaekek, saya merasa dikelilingi oleh orang baik. Mereka teman asli dari Poland lho, bukan imigran. Baik itu tetangga kamar sebelah, dosen yang luar biasa sabar, teman-teman satu lab yang perhatian, teman-teman di kelas bahasa, di kelas budaya. Mereka baik-baik... Seingat saya, orang yang kenal sama saya (kenal lho, bukan cuma yang ketemu di jalan), mereka baik semua.
Sampai suatu ketika ada seorang sister yang berkata kepada saya;
"Gimana selama di Poland? Nyaman ngga bergaul sama orang Poland?"
Well, saya semangat banget cerita tentang teman-teman, dosen, semuanya baik-baik dan seru!
Eh, dia bilang sama saya kayak gini;
"Saya orang Poland asli lho, saya tahu sebenernya mereka itu gimana. Bisa jadi mereka ngga menampakkan rasa ketidaksukaan sama kamu yang bukan orang Poland asli."
He? Saya bengong... Memikirkan bahwa semua teman-teman saya disini adalah fake friends rasanya seperti mustahil.
Saya juga bersyukur bahwa saya ngga bisa bahasa Polandia. Jadi saya tidak perlu mendengar apa yang orang Poland bicarakan tentang saya. Memang sih di supermarket, di jalan, di tram, saya sering banget lihat orang yang ngobrol sambil lirik-lirik. Saya sih woles aja, ngga ngerti ini.

Intinya apa? Di dunia ini masih ada orang baik. Sejak awal saya berangkat ke sini saya selalu berdoa semoga dipertemukan dengan orang baik. Saya ngga peduli mereka itu sebenernya seperti apa, yang jelas di mata saya mereka orang baik. Titik. Kecuali mereka bilang langsung sama saya kalau sebenernya mereka itu bukan orang baik. :D

Baiklah, nampaknya mulai ngelantur, mari tidur...



That's why I Love Friday!

Alhamdulillah sekarang hari Jum'at :D
Happy Happy Happy!

Ke mesjid, ketemu sama sister-sister, makan gratis hehehe....
Sebenernya perjalanan ke mesjid dahulu kala (sebulan kebelakang) ngga terlalu susah. Tinggal naik tram no.1 udah bisa langsung sampe di jalan menuju masjid. Tapi sekarang ada perbaikan jalan, jadi jalur tram dan bus diubah total. Memang sih karena hujan kemarin jalanan jadi agak berlubang gitu. Disini sigap sekali ya, ada jalan berlubang langsung diperbaiki. Coba kalau di rancaekek juga gitu. Ngga bakal ada lagi tuh sungai dalem di tengah jalan. Serius, di beberapa tempat jalanannya kayak sungai kering. Bahaya bahaya..
Karena perbaikan jalan, perjalanan ke masjid jadi lebih lama. Ganti bus pula dua kali. Nunggu di luar dengan suhu minus, beku. Brrr... Tapi ngga apa-apa demi makanan gratis ketemu sister-sister dan belajar bahasa Arab, apapun dilalui. Semangat!

Mesjid disini ngga sama kayak mesjid di Indonesia yang ada menara, kubah, terus ada speaker ke luar buat mengumandangkan adzan. Mesjid disini adalah rumah lantai 4 (atau 3 ya?) yang disulap jadi masjid. Penasaran kan gimana masjid disini? Yuk ikuti saya ya (berasa artis)..

Ini adalah masjid dilihat dari luar

Dilihat lebih deket lagi
By the way kayaknya daripada disebut masjid, tempat ini lebih tepat disebut Islamic Center. Karena di dalemnya bukan hanya digunakan sebagai tempat sholat, tapi di lantai atas juga ada publishing house, ruang kelas, ruang belajar untuk anak-anak.
Tangga menuju masjid

Nah nah nah, ini masjidnya di lantai kedua 
Masjid dalam bahasa Poland itu Meczet. Ini adalah pintu menuju ruang shalat. Penasaran dalemnya kayak gimana kan? Cekidot :D
Ini foto di ruang utama ikhwan (ngambil foto diem-diem pas ngga ada orang)

Itu di paling depan ada mimbar kecil untuk imam

Ini koridor (Lihat di ujung ada pintu masuk)

Ruang utama ikhwan (difoto dari mimbar)

Tempat nyimpen jaket dan sepatu (ruangan pertama setelah pintu masuk)



Disinilah aku bersemayam hohoho (Ruang Akhwat)

Masih ruang akhwat, pintu itu nanti ada tempat jaket sama kerudung

Tempat Akhwat lagi
Biasanya setiap hari jumat saya dan teman-teman suka ikutan shalat jumat. Kalau di Indonesia sih jarang ya karena laki-laki semua yang shalat. Tapi disini Jumat itu bisa jadi momen spesial untuk ketemuan dengan muslim di Wroclaw.
Ini sister-sister disana (I love them)
Oke sekarang kita naik ke lantai tiga ya (atau dua?). Bingung deh soalnya pertama masuk masjid langsung tangga, jadi saya bingung apa lantai pertama diitung atau engga. Whatever, sekarang kita naik ke atas :D
Naik tangga hap hap

Intinya: Islamic Center :P

Di lantai dua ini ada ruang kelas, kamar mandi, publishing house, dan masih banyak lagi. Semua warga Poland bebas lho masuk sini untuk berdiskusi. Temen-temen mualaf juga dulunya sering diskusi dengan imam disini ketika mereka mencari kebenaran di Islam.
Ruang kelas untuk anak-anak

Idem
Oh ya biasanya anak-anak belajar Islam itu hari Sabtu. Saya jarang sih dateng hari Sabtu padahal lumayan juga ya bisa lihat gimana belajar anak-anak. (Ya udah sih dateng aja :D )

Ini ruang belajar bahasa Arab (Masih belum mulai)

Ini ruangannya sister Muna (Pengurus masjid Akhwat yang kerja di Publishment House)

Dinding di koridor dan di ruangan dipenuhi poster tentang ilmuwan-ilmuwan Islam

Publishing House (Ini buku-buku Islam yang mereka terjemahkan ke bahasa Poland)

Idem (Keren bangeeed)

Masih publihing house (Itu di ujung ada draft yang belum disusun)

Mading

Yaaayyy... Bahasa Arab

Guru bahasa Arab (saya ngga tau namanya -_-)

Itu itu ada saya! (Penting banged ngga sih -_-")
Guru Bahasa Arab ini keren beeeud, pertama kali masuk saya langsung ngerti tentang fi'il. Dia pernah bilang, kadang-kadang kita berusaha buat belajar sekian lama tapi ngga ngerti-ngerti dan ternyata ada seorang guru yang bisa menjelaskannya sesederhana mungkin dan langsung ngerti! Beliau juga kayak gitu lho...
Disini saya ngga belajar buat nyakalin kitab, tapi belajar percakapan sama bikin kalimat. Aduduh mak, malunya waktu saya disuruh nerjemahin ke bahasa Arab sebuah kalimat sederhana kayak;
Dia (perempuan) tinggal di city center bersama ibunya. 
Lha, saya terbata-bata menerjemahkan meski pada akhirnya ternyata salah. (Keresek mana keresek...)
Karena kebanyakan yang belajar bahasa Arab itu mualaf, awalnya saya pikir mereka belum kenal alphabet Arab (hohoho... saya udah lancar kalau baca doang mah (idung tambah panjang)). Tapi ternyata, mereka jago-jago! Belajarnya cepet banget dan serius! Sampai dibikin kertas kecil-kecil yang dihias buat menghafal kosakata dan huruf Arab. Duh, malunya, saya juga ngga mau kalah, mari belajar...

Jumat kemarin saya ditugasin sama Pak Farid untuk nulis di Media Umat tentang Islam di Polandia. Jadi saya berkesempatan untuk mewawancara Imam masjid disana. Lengkapnya hasil wawancaranya nanti lihat aja di Media Umat (kalau dimuat :P) 
Ini adalah Imam Ali, Imam masjid disana. Ketua Liga Muslim Polandia. Beliau baiiiiikkkk banget, waktu saya wawancara dia bilang sama saya (mungkin karena saya keliatan tegang hehe)
"Please be relax sister, I am your brother. Santai aja ya.. Terus kalau mau bikin teh atau kopi bikin sendiri ya. Ini milik kita bersama. Jadi buat senyaman mungkin selama disini"
Ini Imam Ali 

Siapakah orang ini? Oh ya saya wawancara sama temen dari Turki kok ngga sendirian :D (terus?)

Itu di sana ada Qur'an berbahasa Indonesia lho

Tafsir, buku, lumayan lengkap
Oh ya, sebelum saya wawancara, Imam Ali ada perlu dulu. Jadi kita nunggu se-jam lebih... Karena laper, akhirnya saya pergi ke restoran sebelah masjid. Ini restoran halal lhoo...








Ini kayaknya enak banget (cuma bisa ngeliatin karena duitnya ngga cukup hiks)

Inilah yang saya beli (bubur gitu rasanya lumayaaan) Harganya 5zl (sekitar 15-20ribu) udah pake roti
Begitulah petualangan saya hari Jum'at kemarin. Waduh jadi inget imam Ali minta saya menerjemahkan tulisan yang dikirim ke Media Umat (glek, gimana kalau ada yang salah ya). 

Sekian dan terima kasih :D











Kamis, 23 Januari 2014

One Day Seperempat Juz

Sudah hampir seminggu ini saya ikut gabung di komunitas ODOJ, tau kan? One day seperempat juz. Lho kok beda? Hohoho... sebetulnya seharusnya One Day One Juz, tapi karena untuk sampai sehari satu juz saya agak keteteran makanya saya ikutan yang seperempat juz. Biarin dong dikit-dikit dulu asal konsisten :D

Setelah ikutan ini Alhamdulillah saya jadi terbiasa untuk rutin membaca Al-Qur'an dan memahami lewat terjemahnya. Kadang-kadang baca Al-Quran bisa menjadi sebuah hal yang sulit lhoo kalau memang ngga dibiasain baca. Dulu sebelum ikutan saya biasanya baca Qur'an kalau sempet aja (plak!). Nah, karena ada yang mensupport dan mengecek bacaan Quran tiap hari, jadi sekarang ya bacanya tiap hari. Oh ya, ada yang bilang kalau ini bisa membawa kita pada sikap riya. Hohoho bagi saya riya itu hanya kita dan Allah yang tau. Toh saya juga ngga pada kenal sama temen-temen di komunitas ODOJ ini, jadi ya kalau laporan bacaan per hari ya biasa-biasa aja.

Ayo teman-teman kita ikutan yuuk! Masa fesbukan, baca novel, nge-blog bisa berjam-jam tapi baca Qur'an jarang.. (Ngelitikin diri sendiri) :D

Sakit Hati

Waktu saya sakit beberapa minggu yang lalu, saya membaca sebuah artikel tentang penyembuhan diri sendiri. Saya lupa apa namanya, intinya sakit itu bisa jadi karena ada sebuah beban pikiran yang menumpuk. Penyebabnya bisa beragam, mungkin sering dimarahi orang tua waktu masih kecil, tekanan sosial, dsb. Dan kalau misalnya nih kita sakit, katanya coba fokus sama bagian yang sakit dan ingat lagi rasa sakit yang menumpuk di pikiran. Menangis sejadi-jadinya, mencoba memulihkan diri dengan memaafkan.

Waktu itu saya cobain tuh. Saya inget-inget lagi kapan terakhir sakit hati. Dalam kondisi sedang sakit saat itu saya tidak terlalu bisa berpikir jernih. Saya ngga mau ingat-ingat tentang sakit hati karena ternyata memang di awalnya bikin kita tambah sakit.

Kemudian saya ingat satu kejadian yang sampai sekarang meskipun sudah dicabut pakunya, saya masih merasakan nyeri di dada ketika mengingatnya. Eh, ngomong-ngomong soal paku, suer ini bukan tentang kuntilanak. Maksudnya gini, pernah kan denger sebuah pepatah, bahwa jika kita menyakiti seseorang, itu sama halnya kita menancapkan sebuah paku di dadanya. Yang meski sudah dicabut namun masih ada bekasnya. Artinya gini, meskipun kita sudah memaafkan, namun tetap saja pada saat-saat tertentu rasa nyeri itu bisa muncul kembali. Makanya kita harus hati-hati dalam bertutur dan berperilaku terhadap sesama.

Ada satu kejadian yang sampai sekarang saya masih merasa sakit hati. Ya Allah, saya ngga mau hidup dengan rasa dendam, berikanlah kemudahan untuk bisa memaafkan tanpa bekas.

Bagi saya, tak ada seseorang yang memang suka menyakiti orang lain. Normalnya begitu. Namun memang kita hidup dengan berbagai macam karakter orang dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Banyak teori yang menyatakan bahwa karakter seseorang saat dewasa itu bergantung pada pendidikan semasa kecilnya. Nah bisa jadi seseorang yang senang sekali menyakiti itu punya latar belakang masa kecil yang menyedihkan. Dan dalam kasus saya, orang tersebut memang diketahui seperti itu.

Tak perlu saya ceritakan secara detail bagaimana saya bisa sakit hati. Yang jelas, terkadang ada orang yang benar-benar menderita ketika kita bahagia, dan berusaha menghilangkan kebahagiaan dalam diri kita. Setidaknya cara paling sederhananya, ngomongin kita di belakang dan menebar fitnah. Dalam beberapa situasi saya kaget dong mendadak ada yang konfirmasi kepada saya, katanya saya begini dan begitu. Padahal di depan saya orang yang menebar fitnah tersebut baik-baik saja (kelihatannya), namun ternyata di belakangnya membicarakan. Parahnya ada yang sampai berbicara kepada ibu saya seperti ini; "Ibu ngga tau Fitri itu seperti apa di belakang, bisa jadi di depan ibu baik-baik saja namun di belakang ibu ternyata nakal"
Saya benar-benar terluka saat itu. Sampai sekarang saya ngga pernah punya rahasia sama mama, semuanya selalu saya ceritakan. Ketika ada yang bilang kayak gitu, hati saya hancur. Saya menangis sejadi-jadinya di pangkuan mama. Sama mama juga nangis dan mama percaya sama saya. Saya ngga pernah jadi anak nakal di belakang mama. Hiks, jadi sedih.

Kemudian mama menasehati saya, bahwa memaafkan itu lebih utama. Dia juga menjelaskan bahwa masa kecil orang tersebut memang kurang menyenangkan, dia sering mendapatkan perlakuan kasar, sehingga kurang kasih sayang. Mama bilang sebaiknya saya bersikap lapang dada, memaafkan dan memaklumi.

Sejak saat itu saya berusaha untuk tidak merubah sikap terhadapnya. Meski saya mengurangi interaksi dengannya. Yang jelas, saat saya jatuh sakit, saya benar-benar ingat kejadian yang sudah lama terjadi itu. Saya pun belajar untuk tidak sembarangan menancapkan paku di hati seseorang alias menyakiti orang lain. 

Sekian numpang curhat :D

Dakwah sebagai poros?

Menjadikan dakwah sebagai poros.
Dari dulu saya banyak bertanya-tanya bagaimana mengaplikasikan kalimat di atas. Apakah itu berarti dakwah di atas segala-galanya, lebih tinggi dari sekolah, kuliah, kerja?
Bagi para aktivis dakwah saya tanya ya, apakah dakwah sebagai poros itu berarti;
1. Kuliah kita keteteran karena sering bolos dengan tugas dakwah
2. Kuliah kita lama lulus karena amanah dakwah
3. Kerja ngga professional, sering izin dan menyalahi akad karena aktivitas dakwah
4. Biarin anak ngga keurus karena aktivitas dakwah, kalau yang suaminya sesama pengemban dakwah ya harap maklum kalau istrinya halqah pagi dan rumah ditinggal dalam kondisi ngga keurus.
Hey, tentu ngga gitu kan? Itu sama saja kita menyalahkan dakwah atas ketidakmampuan kita memenej waktu.
Ketika kita sudah memilih untuk bergabung di jalan dakwah, artinya kita memang sudah siap dengan segudang aktivitas yang ngga biasa. Wiken yang biasanya orang santai kita selalu punya acara dakwah yang mengharuskan kita keluar. Pulang kerja, pulang kuliah, terkadang juga masih harus mengikuti agenda-agenda dakwah. Subhanallah, saya salut dengan para pengemban dakwah.
Tapi bukan berarti kewajiban yang lain kita tinggalkan kan?
Percaya atau tidak, seorang pengemban dakwah tidak melulu dilihat dari apa yang disampaikannya. Tapi juga dilihat bagaimana track recordnya.
Ya wayahna, sebagai seorang pengemban dakwah kita harus bisa menjadi contoh yang baik.
Yang kuliah, gimana caranya dakwahnya oke dan prestasi kuliahnya oke (minimal ngga jadi mahasiswa abadi lah). Jadilah professional di bidang yang kita tekuni. Yang kerja tetep harus professional dong dengan pekerjaannya, ngga boleh diem-diem nyuri waktu buat pulang awal (kecuali dengan pembicaraan terlebih dahulu kepada atasan). Yang jadi ibu rumah tangga, ya sebelum berangkat kemana-mana rumah udah rapih.

Percayalah, tidak semua orang memilih di jalan ini. Para pengemban dakwah adalah orang yang istimewa yang perlu memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik.
Semua itu memang berakar pada manajemen waktu dan prioritas. Kita, ya hanya kita sendiri yang bisa menimbang-nimbang, memilih, memilah porsi dari masing-masing aktivitas. Nah, disinilah diperlukan ketelitian. Memilih pekerjaan yang pas, mengajukan amanah dakwah yang pas (maksudnya yang sesuai dengan kemampuan kita), memilih waktu halqah yang pas. Ya, Inshaa Allah jika kita sudah berniat, Allah akan memudahkan segala aktivitas.

Semoga kita istiqamah di jalan ini :) Aamiin

Fesbuk, kita udahan yuk

Mark, kenapa kau menciptakan fesbuk? It wasting my time! Really!
Berapa lama sih kalian biasanya fesbukan? Sejam? Dua jam? Kalau saya sih sebenernya fesbukan itu cuma buat selingan pas lagi belajar. Dengan internet 24 jam on, kecepatan tinggi, kadang-kadang bikin ngga konsen. Apalagi kalau bukan karena gatel buka fesbuk. Jadi sebenernya sejak zaman dulu kala, saya ngga terlalu sering buka fb. Tapi semenjak saya jauh dari habitat, saya jadi pengen tau dong gimana kabar Indonesia. Kadang misalnya lagi belajar terus pusing, biasanya saya buka fesbuk buat refreshing. Hasilnya? Tambah pusing! Tapi ya anehnya, tetep aja dibuka :D

Lewat fb juga biasanya saya kontak-kontak sama temen-temen, nulis-nulis dan sharing-sharing. Tapi kok lama-lama jadi wasting time ya? Padahal banyak banget hal yang harus dilakukan. Akhirnya biar ngga terlalu wasting time, saat buka fb saya hanya fokus pada 2 hal; 1. Lihat grup belajar menulis, 2. Bantuin temen ngelola halaman barunya. Terus buru-buru ditutup.

Sekarang saya mau coba membuat kebiasaan baru. Mengurangi waktu fb-an, dan ketikapun harus membuka fesbuk (siapa pula yang mengharuskan?) saya akan fokus untuk menebar kebaikan. (Halah) Maksudnya update status yang ada manfaatnya gitu, ngga berkeluh kesah bin nambah-nambahin pikiran orang lain.

Oke jadi ini peraturan baru yang akan saya cam kan baik-baik;
1. Waktu FB-an cuma 2 kali sehari, pas bangun bobo (cek apakah ada pesan masuk atau engga), kedua pas mau bobo (kirim-kirim pesan atau bantuin ngisi halaman baru punya temen)
2. Lagi belajar NGGA BOLEH fesbukan
3. Kalau ada yang mau di share, bagusnya lewat blog aja. Sekalian latihan nulis.

Sekian dan terima kasih

Belajar Seriuuuussss

Duh kadang-kadang iri deh kalau ada orang yang bisa belajar dari pagi sampai sore ngga berhenti-berhenti. Gimana caranya bisa konsentrasi dalam waktu yang panjang kayak gitu? Kalau saya secara pribadi, paling males kalau udah harus buka leptop, buka file pdf buku terus tekun belajar. Paling lama cuma satu jam, udah gitu tangan ini gateeel buka blog, fb, email, baca kaskus.. Istirahat dulu modusnya, tapi ujung-ujungnya istirahatnya kelamaan. Hohoho...

Tapi ini beda lho kalau misalnya saya masuk kelas. Tahan pagi sampai sore belajar ngga berhenti-berhenti. Yang jadi masalah itu cuma satu, kalau saya dibiarin belajar sendirian. Karena artinya saya ngga belajar. Makanya kalau mau ujian saya suka nempel-nempel sama temen, karena kalau liat temen belajar saya jadi suka terpacu gitu buat belajar. Lha, sekarang sendirian di negeri orang, harus menekuni buku lebih dari satu. Aduh mak, susahnyaa....

Tapi mau ngga mau kayaknya harus dilatih. Karena kita kan belajar bukan cuma dari orang lain doang, harus belajar sendiri. Sekarang gimana caranya biar bisa diem di depan buku, konsentrasi minimal satu jam! Hokey, ini juga ceritanya saya lagi menekuni buku Duderstaad yang nuklir. Hasilnya? Ya begini nih, malah nge-blog. *Tepok jidat

Mari belajar lagi. Dadaaah

Selasa, 21 Januari 2014

Long Distance Relationship

2 bulan 10 hari lagi maka usai sudah masa long distance relationship ini...
Masih lamaaa....
Tapi banyak banget hal-hal yang saya pelajari dari masa-masa sulit ini. Saya belajar menjaga diri, menjaga nama baik suami. Dan saya merasa makin sayaaaang banget sama suami...
Saya belajar untuk jaim, karena sejak dulu saya ini bawaannya riang gembira. Tanpa sadar bahwa sikap seperti ini akan memancing ketertarikan lawan jenis terhadap kita. Dulu sih cuek aja, karena saya ngga ada rasa sama sekali ya biasa aja. Cengar cengir kalau ketemu temen di jalan. Dadah-dadah sama yang dikenal. Perempuan atau laki-laki sama aja. Banyak yang bilang sama saya kalau laki-laki itu kepancingnya sama perempuan yang membuka komunikasi. Makanya dari sini saya belajar untuk menghindari berkomunikasi yang tidak perlu. Kalau sekarang udah nikah lebih gampang :D Karena laki-laki cenderung lebih menghindar. Aye!

Saya inget dulu waktu pertama kali menikah, ada banyak sekali friend request dari perempuan di fb suami. Saya tanya, kok itu ngga di confirm?
Dia jawab, saya ngga mau membuka interaksi dengan perempuan lain selain denganmu. Aiiiihhhh, langsung deh melayang ke langit ke tujuh.

Pokoknya habis LDR ini saya mau jadi istri yang lebih baik lagi dari sebelumnya! Aamiin

Senin, 13 Januari 2014

DOSEN-DOSEN Berilmu Padi

Saya ingat saat pertama kali memutuskan untuk mengambil KK Nuklir di kampus. Kami menghadap dosen pembimbing kemudian bertanya;
"Pak, kami (saya sama Nina) S1nya pendidikan, bener-bener ngga punya basic di nuklir, sebetulnya kami ngga yakin bisa mengikuti. Bagaimana menurut, Bapak? Apakah memungkinkan?"
Saat itu kami sudah mempersiapkan hati untuk ditolak atau pun jika diminta untuk pindah ke KK lain. Namun diluar dugaan dia menjawab,
"Ya tidak masalah" Kemudian beliau memberikan informasi tentang seminar, buku-buku sumber yang dibaca, meminta kami presentasi setiap minggu untuk mengejar ketertinggalan.
Seingat saya, selama menjadi murid beliau tak pernah sekalipun beliau berkata tidak, mengeluarkan kalimat yang mematahkan semangat. Saya tahu beliau super sibuk, namun kata terakhir yang selalu beliau ucapkan saat selesai bimbingan adalah; "Jika ada masalah hubungi saya"
Ya, beliau adalah Dosen Nuklir, yang surat rekomendasinya ampuh, yang karyanya diakui dunia. Namun mendidik dan mengajari, tidak menutup diri.

Saat ini saya bertemu dengan Dosen yang sangat mirip beliau. Karena satu dan lain hal, saya menekuni bidang yang baru lagi saat riset disini.
Beliau mempresentasikan project yang akan dikerjakan selama satu jam. Jujur, selama satu jam itu hanya sedikit yang bisa saya tangkap, sisanya saya hanya berdoa semoga saya tidak melakukan hal-hal yang memalukan. Kemudian beliau memberikan semua fasilitas untuk belajar, seperti buku, memberikan tempat (meja dan komputer) di ruang Phd. WHAT? Awalnya saya kaget, kenapa saya digabung sama mahasiswa Phd? Dia berkata kepada mahasiswa Phd-nya;
"Tolong bantu Fitria ya"
Dan hal pertama yang saya tanyakan adalah "Ini OS komputernya apa?"
"Debian"
"Ajarin cara pakenya ya, saya ngga biasa pake ubuntu"
Semuanya ketawa, nyangka saya bercanda, padahal saya seriuuuussss.
Saya diperbolehkan untuk sit-in di mata kuliah tertentu. Meski kebanyakan saat sit-in saya jadi minder. Mereka jago banget, nurunin persamaan sambil merem. Untungnya saya ngga wajib ikut ujian.
Mengenai ini dia berkata; "Kalau kamu mau ikut ujian, silahkan, barangkali mau coba-coba. Mungkin di ITB Quantum Mechanic-nya beda levelnya, lebih tinggi atau kebalikannya"
Saya nyengir, beliau halus sekali bahasanya.
Ya, melihat saya bisa mengikuti project sampai sekarang (yang sudah agak-agak menuju garis terang), menunjukkan kesabaran dan ketelatenan beliau dalam mengarahkan.
Karakter beliau sama, tak pernah menjudge mahasiswanya yang belum bisa apa-apa (meski faktanya begitu). Tak pernah mengganggap sebuah pertanyaan adalah pertanyaan bodoh, masa kaya gitu aja ditanyain? Tak pernah memberikan beban melebihi apa yang bisa dipikul. Dan beliau ini juga termasuk yang surat rekomendasinya ampuh. Selalu mendorong tidak pernah menjatuhkan.

Dari beliau-beliau ini saya banyak belajar, bahwa semakin banyak ilmu yang dimiliki, semakin banyak yang bisa ditebar. Saya juga belajar bagaimana memperlakukan mahasiswa. Semoga kelak jika saya menjadi pendidik, saya bisa menjadi seperti mereka.

Minggu, 12 Januari 2014

Sakit yang Spesial...

Dua hari ini saya benar-benar bingung, saya tidak ingat kapan terakhir kali jatuh sakit, dan sekarang saya sakit, di negeri orang. Jauh dari mama, papa, suami :( Dan besok saya ujian! Subhanallah...

Saya ngga tau gimana mengobati diri sendiri karena sejak kecil saya jarang sekali minum obat kimia. Teman sekamar saya bertanya, obat apa yang biasa diminum? Saya geleng-geleng kepala.

Apa yang biasanya kamu lakukan saat sakit? Tanyanya...
I don't know, I have no idea, that's long time ago... 
Tapi mama biasanya bikinin minuman sehat, makanan sehat, dan sekarang saya sakit waktu belum sempat belanja sayuran dan buah-buahan. Teman sekamar saya bener-bener trying hard biar untuk bisa menyembuhkan. Kadang konyol, dia ngiket kepala saya sama kerudung. Gimana? Gimana? Oke ngga?
Saya pengen ketawa tapi mungkin memang efek psikologi sakit kepalanya jadi berkurang. 

Kemudian saya inget sesuatu, My Dad!
Selama saya sakit, ayah saya yang reflexiologst memijat kaki, tangan, dan kepala. Hanya dalam waktu se-jam sakitnya memang jauh berkurang.

Ah ya, karena itu dalam mimpi-mimpi mereka semua hadir, mama, papa, dan my husband. Semua support dan taraa waktu bangun tidur sakitnya hilang meski drop lagi waktu maghrib.
Hari ini saya kebanyakan tidur, jadi saya mencoba belajar dan menulis tulisan ini. Sebagai pengingat bahwa sakit mengingatkan kita akan nikmat sehat. Mengingatkan kita bahwa kita dikelilingi orang-orang yang mencintai kita.

Terlebih saya terharu sekali setelah membaca ini;
Rasulullah bersabda :
“Apabila seorang hamba mukmin sakit, maka Allah mengutus 4 malaikat untuk datang padanya.”
Allah memerintahkan :
1. Malaikat pertama untuk mengambil kekuatannya sehingga menjadi lemah.
2. Malaikat kedua untuk mengambil rasa lazatnya makanan dari mulutnya.
3. Malaikat ketiga untuk mengambil cahaya terang di wajahnya sehingga berubahlah wajah pesakit menjadi pucat lesi.
4. Malaikat keempat untuk mengambil semua dosanya , maka berubahlah pesakit menjadi suci dari dosa.
Tatkala Allah akan menyembuhkan hamba mukmin itu, Allah memerintahkan kepada malaikat 1, 2 dan 3 untuk mengembalikan kekuatannya, rasa lazat, dan cahaya di wajah sang hamba.
Namun untuk malaikat ke 4, Allah tidak memerintahkan untuk mengembalikan dosa-dosanya kepada hamba mukmin. Maka bersujudlah para malaikat itu kepada Allah seraya berkata : “Ya Allah mengapa dosa-dosa ini tidak Engkau kembalikan?”
Allah menjawab: “Tidak baik bagi kemuliaan-Ku jika Aku mengembalikan dosa-dosanya setelah Aku menyulitkan keadaan dirinya ketika sakit. Pergilah dan buanglah dosa-dosa tersebut”

Dengan ini, maka kelak pesakit itu berangkat ke alam akhirat dan keluar dari dunia dalam keadaan suci dari dosa sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Sakit panas dalam sehari semalam, dapat menghilangkan dosa selama setahun.”
“Tiada seorang mukmin yang ditimpa oleh kepenatan atau penyakit atau risau fikiran atau sedih hati, walaupun jika terkena duri, melainkan semua penderitaan itu akan dijadikan penebus dosanya oleh Allah” (HR Bukhari-Muslim).
“Jika sakit seorang hamba hingga tiga hari, maka keluar dari dosa-dosanya sebagaimana keadaannya ketika baru lahir dari kandungan ibunya,” (HR Ath-Thabarani).
“Penyakit panas itu menjaga tiap mukmin dari neraka, dan panas semalam cukup dapat menebus dosa setahun,” (HR Al-Qadha’i).