Rabu, 26 Desember 2012

Manusia Abnormal

Suatu malam saya terbangun karena hp belum dimatikan dan ada sms masuk. Dengan kesadaran mungkin hanya 30%, saya membaca sms dari seorang ukhtiy yang baru awal mengkaji Islam. Ukhtiy ini saya kenal sangat semangat mengkaji Islam :) Smsnya sangat panjang, sehingga hanya sepertiganya saja yang masuk ke hp saya (terpotong dan sampai sekarang sisanya tak sampai). Kurang lebih begini redaksinya;

"Teteh, saya ingin menjadi manusia 'normal' yang tidak pernah dikejar-kejar deadline dakwah. Saya ingin menjadi manusia biasa saja teh.."

Meski kesadaran saya belum penuh, namun saat itu saya otomatis berpikir. Manusia normal? Saya tersenyum kecil.

Saya jadi teringat lagi sms dari seorang kawan yang isinya; "Dakwah akan meminta waktumu, meminta hartamu, meminta tenagamu, meminta pikiranmu, meski pada akhirnya membuat kau tertatih-tatih. Jika engkau bertanya, kapankah waktu istirahat tiba? Jawabannya adalah saat kakimu melangkah di syurga ".

Well, terus terang terus gelap, perbedaan antara masa sebelum dan sesudah menjadi pengemban dakwah memang beda bangeeeudh.... Setidaknya, waktu saya kelas dua SMP, pulang sekolah saya kerjaannya pasti main sama temen se-geng (dulu masih jaman geng-gengan tapi belum ada geng motor dan kalau ada juga pasti saya nggak lolos seleksi anggota). Saat weekend tiba, males-malesan seharian di depan tipi atau jalan-jalan sama teman-teman (se-geng pastinya). Yah, nggak jauh-jauh lah sama remaja sekarang. Intinya beban hidup cuma dikiiiit banget, mau yang kuliah, sekolah, sama aja, bebannya cuma belajar. Yah, bobotnya aja paling yang meningkat, sesuai dengan bertambahnya usia dan kedewasaan.

Setelah jadi pengemban dakwah, hidup berubah 180 derajat. Mulai dari cara berpakaian, cara berpikir, cara berperilaku semuanya praktis harus sesuai dengan Islam. Kalau kita mau mencoba-coba maksiyat dan melanggar hukum syara, akan banyak sekali orang yang mengingatkan. Belum lagi harus halqah dua jam seminggu, menyebarkan ide Islam minimal dua kali dalam seminggu, dan yang pasti harus muthalaah dulu sebelum halqah karena kitabnya dalam bahasa Arab (karena kalau nggak muthalaah (belajar) dulu, pasti halqah kena semprot musyrifah). Jangan bayangkan kita bisa punya banyak waktu luang di hari minggu. Akan selalu ada acara yang menuntut kita untuk berpartisipasi. Terlebih kalau kita panitia inti, siap-siap dikejar deadline dan dihantui oleh sms koordinator yang menanyakan progress kerja kita. Infaq bulanan pun harus disiapkan dan direncanakan agar tidak terjebak dalam infaq uang sisa. Kita benar-benar harus berlatih untuk memenej waktu, tenaga, dan pikiran agar seluruhnya bisa optimal.

Saya jadi teringat tentang masa UAS yang akhirnya sudah berlalu beberapa minggu yang lalu. Hmm, saya kuliah di tempat yang 90% mahasiswanya study oriented. Kerjaannya belajaaaar mulu... Apalagi di masa UAS, yang dipelajari sampai meluap ke kantung mata. hehehe... Pada saat yang bersamaan ada acara dakwah yang skalanya besar dan saya termasuk di dalam panitia intinya. Walhasil waktu belajarnya nyuri-nyuri waktu tidur dan waktu perjalanan di kereta. 
Saya ingat ada ujian hari senin dan agenda besar dakwah hari Ahad. Otomatis sejak hari Jumat saya lebih konsentrasi mempersiapkan acara dakwah yang tinggal H-2. Saya lupain aja tuh ujian hari Senin. La hawla walaa quwwata illa billah... Pada hari Ahad sore teman kampus saya sms; "Fit, udah belajar sampai mana? Saya belajar dari hari Jumat non stop sampai sekarang, bolak balik buku, tapi tetep aja masih ada yang belum ngerti"
Saya pucat pasi. Sampai sore ini saya belum belajar. :P

Penasaran hasil ujiannya gimana? Nanti saya smsin nilai akhirnya ya kalau udah keluar (kalau bagus) hehehe.... Saya percaya bahwa Allah itu selalu baik... :) Banyak kemudahan yang dirasakan, bahkan di saat kita dalam kondisi yang sangat sempit. [u'll not believe until you have an experience about it]

Menjadi pengemban dakwah itu memang pilihan, bisa dipilih oleh semua orang, namun tidak semua orang mau memilihnya. Aktivitasnya memang menuntut kita siap secara fisik dan mental. Tapi percayalah, meski kita berbeda, namun hidup ini terasa seperti keajaiban yang beruntun. Setiap langkah dan waktu yang dijalani seluruhnya menjadi bermakna lebih dalam. 

Saya inget perkataan ust Felix Siauw yang pertama kali memberitahu saya bahwa hidup di dunia ini jika dikonversi ke waktu akhirat, ukurannya hanya 2 menit 1 detik. Itu pun dengan asumsi kita dapat hidup selama enam puluh tahun. Namun, waktu yang singkat ini yang akan menentukan nasib kita di hari akhir nanti. Saya syok waktu pertama kali denger, istighfar berulang kali dan ngeri membayangkan waktu singkat yang dimiliki lebih banyak mengerjakan hal yang sia-sia.
Dari jalan dakwah ini saya betul-betul menyadari untuk apa saya diciptakan di dunia. Saya mengetahui misi hidup saya, bahkan visi hidup saya melesat sampai masa setelah kehidupan. Dan sampai sekarang pun saya masih tidak yakin amalan ini akan cukup untuk memasuki syurga-Nya.

Wahai para manusia abnormal :) yang memilih untuk menjadi pengemban Islam, ada kutipan dari buku Pesan2 Menggugah;
Ketahuilah bahwa Anda akan dihadapkan pada kelelahan yang luar biasa. Ujian demi ujian serta cobaan demi cobaan akan datang saat Anda menempuh jalan kebenaran serta menyibukkan diri dengan perjuangan Islam. Namun, jika Anda tetap tegar di atas kebenaran dan bersabar dalam menghadapi cobaan, pasti penderitaan akan sirna dan kelelahan akan hilang. Yang tersisa adalah balasan yang baik dan pahala bagi Anda, insya Allah.
Bukankah orang yang berpuasa di tengah terik matahari itu hilang rasa hausnya ketika ia meneguk seteguk air saat berbuka puasa? Saat itu ia mengulang-ulang doa yang pernah diajarkan Rasul;
Rasa haus telah hilang, urat-urat tekah basah, dan yang tersisa adalah pahala, Insya Allah (HR Abu Dawud, ad-Daruquthni, al-Baihaqi dan Al Hakim)

Ketika Anda masuk dan menginjakkan kaki di surga, saat itu segala kelelahan yang pernah Anda rasakan, duka yang dulu mendera Anda, dan luka yang pernah Anda alami di jalan Allah SWT sirna seketika. Saat itu dikatakan kepada Anda, "Apakah Anda pernah merasakan penderitaan sebelum ini?" Anda menjawab setelah dicelup sekali ke syurga "Demi Allah saya tidak pernah merasakan penderitaan sebelum ini" [Lihat HR Muslim, Ahmad bin Majah, dalam hadist penuturan Anas bin Malik ra]

Dakwah sampai mati...
Wallahu'alam bishowab
9.10 pm  

1 komentar: