Sabtu, 08 Januari 2011

Kereta Rakyat Djelata Session 2

Tahukah kamu?? Selama empat tahun ini kereta api menjadi sesuatu yang sangat dekat dengan kehidupanku. Banyak duka, duka, duka, dan suka selama saya menggunakan fasilitas kereta api (leubaaayyy...). Setidaknya, ada empat episode yang sangat melekat erat dalam kenangan saya bersama si hitam yang selalu dinanti ini.
1. 3 September 2007. Hari itu pertama kali kuliah dan hari itu hari pertama KARCIS PATAS NAIK. (Sengaja diperbesar supaya jadi titik tekan). Saya juga nggak ngerti dan setengah bingung, mengapa karcis patas naik bertepatan harinya dengan hari pertama saya kuliah dan hari pertama saya menggunakan kereta api untuk pergi ke kampus baru. Awalnya teh berapa ya? Saya lupa harga awalnya, pokoknya naik jadi 5000 weh!
Penumpang banyak yang menggerutu dan kesal, karena artinya mereka harus merogoh kocek dalam-dalam. Maklum, kenaikan karcis pasti akan diakumulasi sebulan, dan artinya mereka harus memikirkan cara untuk bisa tetap hidup normal sebulan penuh. (Serius! Ini nggak lebay....). Yang jelas bukan dengan mengganti transportasi karena naik angkot ongkosnya bisa tiga kali lipat.
Ditengah-tengah penumpang yang wajahnya cemberut dan kedinginan (karena saat itu saya naik patas dengan jadwal keberangkatan 5.30), tiba-tiba... Jreng Jreng Jreng!!! Bapak-bapak nggak jelas datang bawa ember yang isinya kertas yang digulung-gulung kayak arisan. Waktu itu patas berubah warna, dari biru jadi oranye... Bapak-bapak itu pake kaos warna oranye yang tulisannya gedeee banget "I LOVE PATAS" Hahahahaha... Saya nggak kuat nahan ketawa, mereka bener-bener tahan malu!
Setiap penumpang boleh mengambil satu gulungan, dan ada hadiahnya loh! Dari mulai kaos I LOVE PATAS yang sama persis dengan yang dipake bapak-bapak tadi (saya ragu ada yang mau pake), topi, kipas angin, sampai TV 14 inc. (Sayangnya nggak ada hadiah kereta gratis segerbong) :P. Saya pun mencoba peruntungan, dan jreng jreng... Seperti biasa "Anda belum beruntung", yang sebelah saya dapat kaos patas, dan depan saya dapet topi. (Nggak adiiilll.... Minimal embernya buat saya lah saya kan ngiri). Yah, lumayan ngefek lah ke penumpang. Mereka jadi senyum-senyum kecut n ada yang riang gembira karena dapat kipas angin. Selanjutnya tidak ada omelan lagi karena karcis patas naik (hahaha, coba kita akumulasi kenaikan karcis selama sebulan dengan harga kaos dan kipas angin. Mana yang lebih mahal?) Kalau saya lebih milih nggak dapet kaos asal karcisnya jangan naik. (Dan yang paling menyakitkan, udah mah karcis naik saya nggak dapet apa-apa. Hiks hiks T.T)

Karena saya kesel cuma dapet gulungan kertas nggak penting bertuliskan "Anda belum beruntung...", akhirnya saya berusaha menganalisis sesuatu dari kisah ini.
Saya melihat mengapa masyarakat mudah sekali dialihkan perhatiannya dari permasalahan, dan akhirnya bikin mereka nggak kritis. Liat aja, saat pemilu. Udah tau calonnya nggak becus mimpin tapi masih aja tergoda dengan embel-embel amplop, beras, sembako, kaos gambar calon yang nggak kobe, atau stiker nggak penting buat nutupin bilik yang bolong. Padahal kalau mereka tau apa yang bisa didapatkan oleh orang-orang yang harus kekuasaan dari pajak yang dibebankan kepada rakyatnya. HUH!!! Kasus kedua BLT (yang sering diplesetkan menjadi Bantuan Langsung Tewas). Sok, milih mana, barang-barang naik tapi dapet BLT, atau harga murah tapi nggak dapet BLT? (Harusnya milih harga murah dan dapet BLT hehehe...). Kita tuh jadi gampang dipermainkan. Kayak anak kecil yang ditinggal orang tuanya pergi bekerja, tinggal dikasih boneka aja dia diem.
Saya jadi berfikir, memang semiskin apa sih negara kita? Sampai-sampai segala beban negara harus dibebankan kepada rakyat. Haloo, siapa yang nggak tau kalau 75% APBN berasal dari pajak? Potensi sumber daya alam kita kan luar biasa. Kenapa malah dikasih ke asing hah?! Keseeellll.... Sok da kalau mau jujur mah, kita teh bisa mengembangkan potensi SDA yang sudah dianugerahkan Allah buat Indonesia. Itu tah sistem Kapitalisme yang bikin semua SDA kita di privatisasi, dikuasai oleh segelintir orang, padahal itu punya umat.

Saya nggak butuh kapitalisme!! Kapitalisme bikin hidup makin susah! Bikin karcis naik! Bikin orang miskin tambah miskin orang kaya tambah kaya! Bikin pendidikan mahal! Bikin kereta api dibagi dua; KRD dan Patas, padahal harusnya eksekutif semua!
Karena itu solusinya kembali kepada sistem Islam. Allah berfirman;
"Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya
(QS al-Hasyr [59]: 7)
Rasulullah bersabda;
Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal air, padang rumput dan api
(HR Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Majah)
Air, padang rumput (lahan), dan api (energi) adalah sesuatu yang dianggap sebagai kepentingan manusia secara umum. Apabila barang tersebut tidak ada di tengah masyarakat akan menyebabkan kesulitan dan dapat menimbulkan persengketaan. Jadi nggak boleh dikuasai segelintir orang.

Jadi, nggak berhak tuh  SDA kita dikuasai oleh segelintir orang, itu udah jelas-jelas milik umum.
(Naha jadi kamana-mana nya... Ya begitulah kira-kira).
Tunggu tiga episode lainnya yang nggak kalah seru!
To be continued...

1 komentar: