Senin, 13 Januari 2014

DOSEN-DOSEN Berilmu Padi

Saya ingat saat pertama kali memutuskan untuk mengambil KK Nuklir di kampus. Kami menghadap dosen pembimbing kemudian bertanya;
"Pak, kami (saya sama Nina) S1nya pendidikan, bener-bener ngga punya basic di nuklir, sebetulnya kami ngga yakin bisa mengikuti. Bagaimana menurut, Bapak? Apakah memungkinkan?"
Saat itu kami sudah mempersiapkan hati untuk ditolak atau pun jika diminta untuk pindah ke KK lain. Namun diluar dugaan dia menjawab,
"Ya tidak masalah" Kemudian beliau memberikan informasi tentang seminar, buku-buku sumber yang dibaca, meminta kami presentasi setiap minggu untuk mengejar ketertinggalan.
Seingat saya, selama menjadi murid beliau tak pernah sekalipun beliau berkata tidak, mengeluarkan kalimat yang mematahkan semangat. Saya tahu beliau super sibuk, namun kata terakhir yang selalu beliau ucapkan saat selesai bimbingan adalah; "Jika ada masalah hubungi saya"
Ya, beliau adalah Dosen Nuklir, yang surat rekomendasinya ampuh, yang karyanya diakui dunia. Namun mendidik dan mengajari, tidak menutup diri.

Saat ini saya bertemu dengan Dosen yang sangat mirip beliau. Karena satu dan lain hal, saya menekuni bidang yang baru lagi saat riset disini.
Beliau mempresentasikan project yang akan dikerjakan selama satu jam. Jujur, selama satu jam itu hanya sedikit yang bisa saya tangkap, sisanya saya hanya berdoa semoga saya tidak melakukan hal-hal yang memalukan. Kemudian beliau memberikan semua fasilitas untuk belajar, seperti buku, memberikan tempat (meja dan komputer) di ruang Phd. WHAT? Awalnya saya kaget, kenapa saya digabung sama mahasiswa Phd? Dia berkata kepada mahasiswa Phd-nya;
"Tolong bantu Fitria ya"
Dan hal pertama yang saya tanyakan adalah "Ini OS komputernya apa?"
"Debian"
"Ajarin cara pakenya ya, saya ngga biasa pake ubuntu"
Semuanya ketawa, nyangka saya bercanda, padahal saya seriuuuussss.
Saya diperbolehkan untuk sit-in di mata kuliah tertentu. Meski kebanyakan saat sit-in saya jadi minder. Mereka jago banget, nurunin persamaan sambil merem. Untungnya saya ngga wajib ikut ujian.
Mengenai ini dia berkata; "Kalau kamu mau ikut ujian, silahkan, barangkali mau coba-coba. Mungkin di ITB Quantum Mechanic-nya beda levelnya, lebih tinggi atau kebalikannya"
Saya nyengir, beliau halus sekali bahasanya.
Ya, melihat saya bisa mengikuti project sampai sekarang (yang sudah agak-agak menuju garis terang), menunjukkan kesabaran dan ketelatenan beliau dalam mengarahkan.
Karakter beliau sama, tak pernah menjudge mahasiswanya yang belum bisa apa-apa (meski faktanya begitu). Tak pernah mengganggap sebuah pertanyaan adalah pertanyaan bodoh, masa kaya gitu aja ditanyain? Tak pernah memberikan beban melebihi apa yang bisa dipikul. Dan beliau ini juga termasuk yang surat rekomendasinya ampuh. Selalu mendorong tidak pernah menjatuhkan.

Dari beliau-beliau ini saya banyak belajar, bahwa semakin banyak ilmu yang dimiliki, semakin banyak yang bisa ditebar. Saya juga belajar bagaimana memperlakukan mahasiswa. Semoga kelak jika saya menjadi pendidik, saya bisa menjadi seperti mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar