Menjadikan dakwah sebagai poros.
Dari dulu saya banyak bertanya-tanya bagaimana mengaplikasikan kalimat di atas. Apakah itu berarti dakwah di atas segala-galanya, lebih tinggi dari sekolah, kuliah, kerja?
Bagi para aktivis dakwah saya tanya ya, apakah dakwah sebagai poros itu berarti;
1. Kuliah kita keteteran karena sering bolos dengan tugas dakwah
2. Kuliah kita lama lulus karena amanah dakwah
3. Kerja ngga professional, sering izin dan menyalahi akad karena aktivitas dakwah
4. Biarin anak ngga keurus karena aktivitas dakwah, kalau yang suaminya sesama pengemban dakwah ya harap maklum kalau istrinya halqah pagi dan rumah ditinggal dalam kondisi ngga keurus.
Hey, tentu ngga gitu kan? Itu sama saja kita menyalahkan dakwah atas ketidakmampuan kita memenej waktu.
Ketika kita sudah memilih untuk bergabung di jalan dakwah, artinya kita memang sudah siap dengan segudang aktivitas yang ngga biasa. Wiken yang biasanya orang santai kita selalu punya acara dakwah yang mengharuskan kita keluar. Pulang kerja, pulang kuliah, terkadang juga masih harus mengikuti agenda-agenda dakwah. Subhanallah, saya salut dengan para pengemban dakwah.
Tapi bukan berarti kewajiban yang lain kita tinggalkan kan?
Percaya atau tidak, seorang pengemban dakwah tidak melulu dilihat dari apa yang disampaikannya. Tapi juga dilihat bagaimana track recordnya.
Ya wayahna, sebagai seorang pengemban dakwah kita harus bisa menjadi contoh yang baik.
Yang kuliah, gimana caranya dakwahnya oke dan prestasi kuliahnya oke (minimal ngga jadi mahasiswa abadi lah). Jadilah professional di bidang yang kita tekuni. Yang kerja tetep harus professional dong dengan pekerjaannya, ngga boleh diem-diem nyuri waktu buat pulang awal (kecuali dengan pembicaraan terlebih dahulu kepada atasan). Yang jadi ibu rumah tangga, ya sebelum berangkat kemana-mana rumah udah rapih.
Percayalah, tidak semua orang memilih di jalan ini. Para pengemban dakwah adalah orang yang istimewa yang perlu memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik.
Semua itu memang berakar pada manajemen waktu dan prioritas. Kita, ya hanya kita sendiri yang bisa menimbang-nimbang, memilih, memilah porsi dari masing-masing aktivitas. Nah, disinilah diperlukan ketelitian. Memilih pekerjaan yang pas, mengajukan amanah dakwah yang pas (maksudnya yang sesuai dengan kemampuan kita), memilih waktu halqah yang pas. Ya, Inshaa Allah jika kita sudah berniat, Allah akan memudahkan segala aktivitas.
Semoga kita istiqamah di jalan ini :) Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar