Jumat, 24 Januari 2014

Membaca Pikiran

Kalau misalnya kamu ditawarin, mau ngga punya kemampuan membaca pikiran?
Kalau saya ogaaaahhh....
Bukan apa-apa, saya ngga mau jadi ilfill sama orang-orang yang saya sayangi dan cintai sepenuh hati (halah).
Manusia itu kan komposisinya banyak mengandung racun-racun penyakit hati. Soal ditampakkan atau engga, itu tergantung dari kekuatan iman kita untuk melawannya. Terkadang terbesit dalam hati rasa-rasa su'udzan, iri, dengki, nah itulah yang berusaha kita lawan dan kita hindari.
Bagi saya, jika ada orang yang baik sama saya, saya akan melihatnya sebagai orang baik. Titik. Saya ngga mau su'udzan kalau sebenarnya dia itu begini dan begitu. Kalaupun ada yang bilang sama saya begini dan begitu, saya ngga akan langsung menjudge sebelum benar-benar informasinya valid. Untuk kemudian di follow up ke yang bersangkutan tentunya.
Lha, coba kalau saya bisa baca pikiran dia, mungkin saya banyak ilfill sama orang yang saya cintai, karena ketulusan itu butuh perjuangan, jadinya langka. Artinya? Saya ngga mau baca pikiran negatif dia!

Oke sebenernya begini... (mulai deh curhat)
Saya disini, di tempat yang jauh dari Rancaekek, saya merasa dikelilingi oleh orang baik. Mereka teman asli dari Poland lho, bukan imigran. Baik itu tetangga kamar sebelah, dosen yang luar biasa sabar, teman-teman satu lab yang perhatian, teman-teman di kelas bahasa, di kelas budaya. Mereka baik-baik... Seingat saya, orang yang kenal sama saya (kenal lho, bukan cuma yang ketemu di jalan), mereka baik semua.
Sampai suatu ketika ada seorang sister yang berkata kepada saya;
"Gimana selama di Poland? Nyaman ngga bergaul sama orang Poland?"
Well, saya semangat banget cerita tentang teman-teman, dosen, semuanya baik-baik dan seru!
Eh, dia bilang sama saya kayak gini;
"Saya orang Poland asli lho, saya tahu sebenernya mereka itu gimana. Bisa jadi mereka ngga menampakkan rasa ketidaksukaan sama kamu yang bukan orang Poland asli."
He? Saya bengong... Memikirkan bahwa semua teman-teman saya disini adalah fake friends rasanya seperti mustahil.
Saya juga bersyukur bahwa saya ngga bisa bahasa Polandia. Jadi saya tidak perlu mendengar apa yang orang Poland bicarakan tentang saya. Memang sih di supermarket, di jalan, di tram, saya sering banget lihat orang yang ngobrol sambil lirik-lirik. Saya sih woles aja, ngga ngerti ini.

Intinya apa? Di dunia ini masih ada orang baik. Sejak awal saya berangkat ke sini saya selalu berdoa semoga dipertemukan dengan orang baik. Saya ngga peduli mereka itu sebenernya seperti apa, yang jelas di mata saya mereka orang baik. Titik. Kecuali mereka bilang langsung sama saya kalau sebenernya mereka itu bukan orang baik. :D

Baiklah, nampaknya mulai ngelantur, mari tidur...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar