Selasa, 10 Desember 2013

Dilarang Kembali Lewat Pintu Masuk

Pernahkah kalian memilih suatu hal, namun dipertengahan kalian merasa begitu takut untuk maju dan ingin kembali pulang. Saat kalian berbalik arah, ada sebuah kenyataan pahit bahwa kalian tidak bisa pulang sebelum sampai garis finish. Karena disana pintu keluarnya.
Saya pernah.
Saya tau saya ini penakut. Namun iseng saya pernah masuk ke sebuah wahana di TSB yang berkaitan dengan alam ghaib (rumah hantu). Saya (saat itu bersama suami) naik eskalator, sesampainya di atas kami disambut oleh ruangan yang super seram. Mental saya drop, sieun pisaaaaan….. Saya menarik baju suami dan mengajaknya turun. Tapi ternyata, TIDAK ADA ESKALATOR TURUN! Disitu tertulis, “Dilarang kembali pulang! Pintu keluar ada di dalam”
Sejujurnya, seumur hidup saya baru pertama kali masuk rumah hantu. Dari sekian banyak kesempatan, saya selalu berhenti di depan pintu masuk dan saat ada suara teriakan dari dalam, saya langsung kabur. Meski tiket udah beli.
Jadi ini adalah pengalaman pertama saya masuk rumah hantu.
Akhirnya? Saya berusaha mengatasi rasa takut saya dengan merem dan bernyanyi dududu lalala… Waktu saya buka mata juga ngga apa-apa karena ternyata kebanyakan hantunya terlambat muncul. Pas saya udah lewat dia baru keluar. Jadi ngga serem serem amat hehehe (weeiiiissss…..)
Yang ingin saya bicarakan sebenarnya bukan tentang hantu. Namun bagaimana kita bisa menghadapi masalah kita SAMPAI SELESAI dan tidak mundur di awal ataupun di tengah. Bukankah Thariq bin Ziyad juga membakar kapal para tentaranya saat sampai di tempat penaklukkan? Tujuannya agar semua pasukannya meneguhkan hatinya akan tujuan utama mereka berada disana.
Sebetulnya saya sedang menasehati diri saya sendiri. Sekarang saya berada di sebuah negara yang menjadi impian saya sejak 4 tahun yang lalu. Namun, hanya berselang 5 hari, saya merasakan home sick yang amat sangat. Pengen pulang. Bukan apa apa, separuh jiwa saya ada di Indonesia, sehingga saya merasa tidak terlalu menikmati semuanya. Saya kemudian mengirim email kepada koordinator beasiswa untuk mempersingkat studi saya dan mereka menjawab: “Kamu harus menyelesaikan satu semester penuh” Artinya, tidak ada jalan pulang sebelum selesai.
Hal ini cukup membuat galau berkepanjangan dan membuat pikiran tidak fokus. Sedih saya rasa hal yang lumrah. Hingga kemudian Allah mempertemukan saya dengan banyak teman dari Indonesia di sebuah festival hari ini. Dari cerita mereka saya semakin malu karena perjuangan mereka disini untuk menimba ilmu benar-benar kuat. Bahkan cerita mereka bahkan lebih sedih, namun keberadaan mereka disana menunjukkan konsistensi yang baik. Sehingga banyak yang menuai kesuksesan dan sudah banyak pula yang berkontribusi. Saya pun berpikir bahwa saya disini karena sebuah tujuan. Belajar. Bukan hanya belajar secara kontekstual yakni belajar Fisika. Namun juga belajar hidup. Agar setelah selesai dan pulang nanti ada kontribusi yang bisa diberikan, untuk keluarga, dakwah dan ummat. Dengan kata lain saya kembali meluruskan niat menimba ilmu untuk akhirat.
Apapun itu, jika itu kebaikan yang kita pilih, maka jangan pulang sebelum selesai melaksanakannya. Apapun peran kita, baik sebagai seorang pengemban dakwah, mahasiswa, seorang istri, suami, anak, ayah, ibu, nikmati saja prosesnya dan selalu ingat akan tujuan utama setiap aktivitas yakni mendapatkan Ridho Allah… Berdoa jika menghadapi kesulitan, karena Dia menjanjikan 2 kemudahan dalam 1 kesulitan. J
Kerinduan ini akhirnya terobati dengan menulis…

*tulisan ini ditujukan untuk menampar diri sendiri



Tidak ada komentar:

Posting Komentar