Kamis, 19 Desember 2013

Karena kita bersaudara

Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya kaum mukminin itu adalah bersaudara.” (QS. Al-Hujurat: 10)

“Ahlan wa sahlan, sister. Just tell me if you need something, I will help you”

Nyes. Rasanya seperti ada titik-titik air saat mulai gerah pada kondisi dan lingkungan yang jauh dari Islam. Itu adalah kata-kata pertama saat saya bertemu dengan seorang sister dan brother di masjid. Entah kenapa saya sangat suka dengan sebutan brother/ sister, atau dalam bahasa arab ukhtiy dan akhi. Mereka memperlakukan saya benar-benar seperti saudara. Membuat saya merasa tidak sendiri. Saya menyukai cara mereka bersalaman dengan pipi tiga kali, kanan, kiri, dan kanan. Tidak ada sekat apapun. Kami muslim dan kami bersaudara. Titik.

Bertemu mereka saya teringat kepada saudara-saudara saya nun jauh disana. Ya saya merindukan mereka semua. Saat bersama-sama pergi halqah, mengkaji Islam, menyebarkan Islam. Saya merindukan ibu-ibu yang selalu mengelus lembut kepala saya sembari mendoakan. Saya merindukan teteh-teteh yang selalu mencari cara terbaik ketika mengingatkan saya tentang sesuatu. Adik-adik yang polos dan ceria, yang terkadang kepolosannya mengingatkan saya bahwa mereka belum banyak dosa. Serta dibalik kepolosannya mereka menyimpan banyak sekali potensi. Di jalan ini kami saling menguatkan, mengingatkan, meluruskan. Ah ya, betapa indahnya persaudaraan ini ya Allah…

Persaudaraan itu bukanya tanpa perbedaan. Adakalanya kita berbeda, namun tak boleh menjadi perkara. Saya teringat seorang sahabat saya, teman diskusi selama di kampus, kami berbeda harokah. Namun saya tak pernah ingat ada masalah diantara kami. Yang saya tahu, dia rajin tilawah, qiyamul lail, dia peduli urusan umat Islam, dia aktif mengkaji Islam, dia pun yang selalu menyemangati saya untuk terus berdakwah. Tak jarang sekali, dua kali, kita saling bertanya sesuatu untuk bertabayyun bukan men-judge. Kami saling mendukung dalam kebaikan. Ingatkah engkau wahai kawan, pernah kau berbicara kepadaku suatu hari; “Biarlah kita berjuang di jalan yang berbeda, sadarkanlah umat sebanyak-banyaknya. Kita tahu perjuangan ini tak mudah, mari kita saling melengkapi. Suatu saat jika Islam tegak dengan pertolongannya, umat telah siap dan sadar.”

Bertemu mereka saya menyadari satu hal. Bahwa persaudaraan kami sebagai seorang muslim di atas perbedaan. Jika kita mencintai seseorang karena Allah, kita akan mencari cara terbaik untuk meluruskannya. Tidaklah diri ini sedemikian suci untuk bisa mengarahkan jari menunjuk kesalahan seseorang dengan cara yang menyakiti.

“Jangan kalian saling hasad, jangan saling melakukan najasy, jangan kalian saling membenci, jangan kalian saling membelakangi, jangan sebagian kalian membeli barang yang telah dibeli orang lain, dan jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslim bagi lainnya, karenanya jangan dia menzhaliminya, jangan menghinanya, jangan berdusta kepadanya, dan jangan merendahkannya. Ketakwaan itu di sini -beliau menunjuk ke dadanya dan beliau mengucapkannya 3 kali-. Cukuplah seorang muslim dikatakan jelek akhlaknya jika dia merendahkan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim diharamkan mengganggu darah, harta, dan kehormatan muslim lainnya.” (HR. Muslim no. 2564)

Saudaraku, bolehkah aku meminta sepotong maaf darimu? Atas semua luka yang tergores baik kusadari atau tidak disadari?

Aku merindukanmu disini. Aku mencintaimu karena Allah. Semoga Allah senantiasa menjagamu dalam kebaikan dan taqwa. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar